Untuk menciptakan anak shaleh sangat penting niat dan peran orang tua
itu sendiri. Niat kita mendapatkan keturunan sangat berpengaruh dalam
menentukan arah kehidupan anak kita di masa depan. Niat itu akan
berpengaruh terhadap cara dan pola asuh kita terhadap anak. Sebagai
seorang Muslim niat apa yang seharusnya ditanamkan sebelum mempunyai
keturunan?
Seorang mukmin hendaknya memikirkan mengapa pada dirinya timbul
keinginan memperoleh keturunan. Jangan sampai kita hanya menginginkan
keturunan karena dorongan alamiah semata, seperti haus atau lapar yang
timbul.
Niat terbaik memperolah keturunan dari seorang mukmin adalah ingin
mendapatkan anak yang shaleh, hendak mewariskan anak-anak yang berbakti
kepada Allah dan beramal shaleh sesuai dengan tujuan hakiki hidup
manusia. ujuan kita mendapatkan keturunan harus lebih tinggi dari
sekedar dorongan alamiah semata.
Mengenai tujuan hidup manusia Allah taala telah berfirman:
Maa Kholaktul jinna wal insa illa liya'buduuni (Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaku (Adz-Dzariyat:56)
Sekarang jika kita sendiri tidak menjadi mukmin dan pelaku ibadah, serta
tidak memenuhi tujuan sejati hidup kita tersebut, dan tidak menunaikan
hak ibadah sepenuhnya, melainkan menjalani hidup dalam kefasikan dan
kejahatan, serta melakukan dosa demi dosa, bagaimana kita akan
mendapatkan keturunan yang baik sesuai niat kita? Justru hasilnya kita
hanya akan meninggalkan seorang penerus dirinya untuk melakukan
dosa-dosa.
Jadi selama keinginan memperoleh anak keturunan itu tidak semata-mata
agar menjadi orang yang beragama dan muttaki, serta taat kepada Allah
taala dan menjadi pengkhidmat agama-Nya maka selama itu pula keinginan
tersebut sama sekali tidak berguna, bahkan merupakan semacam maksiat dan
dosa.
Namun jika seseorang mengatakan bahwa ia menginginkan anak yang shaleh
dan muttaqi serta pengkhidmat agama, maka ucapannya itu hanya pernyataan
semata selama ia sendiri belum melakukan perbaikan pada dirinya
sendiri. Jika kita sendiri menjalani kehidupan yang fasik dan dosa dari
mulut kita mengatakan bahwa kita menginginkan anak yang shaleh dan
muttaki, berarti ia itu dusta dalam pernyataannya.
Sebelum menghendaki anak yang shaleh dan muttaki adalah mutlak agar kita
sendiri melakukan perbaikan pada diri kita dan menjadikan hidup kita
sebagai kehidupan yang penuh dengan takwa. Barulah keinginan yang
seperti itu akan menjadi suatu keinginan yang menghasilkan buah. Dan
anak-anak yang seperti itu pada hakikatnya merupakan keturunan yang
shaleh.
Namun jika keinginan itu hanya supaya nama besar kita tetap bertahan,
dan supaya anak itu menjadi pewaris harta kekayaan kita, atau supaya
anak kita menjadi orang yang terkenal dan masyhur, keingiann yang
semacam itu menurut saya adalah syirik.
Jadi hendaknya keinginan mempunyai keturunan itu harus didasari oleh
kebaikan. Jangan sampai didasari oleh aspek dan pemikiran bahwa anak
kita justru akan menjadi penerus dosa kita selanjutnya.
Kemudian satu hal yang sangat penting dari memperoleh keturunan yang
sering luput dari perhatian, yaitu hendaknya kita berusaha keras dan
memikirkan terntang tarbiyat anak-anak kita, tentang bagaimana perilaku
anak-anak baik atau tidak serta tentang bagaimana membuat anak-anak itu
menjadi patuh kepada Allah taala. Hendaklah di setiap shalat selalu
memanjatkan doa untuk anak-anak kita.
Banyak sekali orang tua yang secara tidak langsung telah mengajarkan
kebiasaan buruk kepada anak-anak mereka. Pada saat ketika anak-anak
mulai belajar dan melakukan keburukan, orang tua tidak melarang,
akibatnya dari hari ke hari anak-anak tersebut semakin berani dan tidak
takut.
Ada sebuah hikayat, diceritakan bahwa seorang anak dieksekusi ke tiang
gantungan karena perbuatan-perbuatan kejahatannya. Pada saat terakhir ia
ingin berjumpa dengan ibunya, Ketika ibunya datang maka ia mendekat ke
ibunya dan mengatakan 'Aku ingin mengecup lidah ibu." Keika lidah itu
dijulurkan oleh ibunya, maka anak itu menginggitkanya hingga putus.
Ketika diinterogasi ia mengatakan "Ibu inilah yang membuat aku
digantung. Sebab jika ia sejak awal melarangku, maka tentu hari
keadaanku tidak akan seperti ini."
Ringkasnya orang-orang memang memiliki keinginan memperoleh keturunan,
namun jarang yang berniat supaya kelak akan mereka menjadi khadim agama,
melainkan kebanyakan supaya anak-anak mereka menjadi ahli warisnya di
dunia. Dan ketika sudah memperoleh anak pun mereka tidak memikirkan
tarbiyat anak mereka, dan tidak pula mereka memperbaiki akidah
anak-anaknya, serta tidak pula mereka membenahi kondisi akhlak anaknya.
Allah taala telah menjelaskan mengenai keinginan untuk memperoleh keturunan:
"Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a'yunii waj'alnaa lil muttaqiina imaama"
(Al Furqan:74). Yakni "Ya Tuhan, anugerahkanlah kesejukan hati kepada
kami melalui istri-istri dan anak-anak kami." Dan hal ini baru dapat
terjadi apabila kita tidak menjalani kehidupan yang penuh kefasikan dan
dosa, melainkan harus menjalani kehidupan sebagai hamba-hamba Sang
Rahman. Dan menjadi orang-orang yang mendahulukan Allah taala atas
segala sesuatu.
Selanjutnya dikatakan: Waj’alnaa lil muttaqiina imaama." Anak-anak jika
baik dan muttaki maka itu akan merupakan imam bagi mereka. Itu juaga
merupakan doa agar menjadi muttaki.
Semoga Allah memberikan karunia agar kita menjadi orang-orang muttaki
dan semoga keinginan untuk memperoleh keturunan didasarkan pada asas
ini, aamiin..
Sumber : http://1artikelislam.blogspot.com/2010/12/mempersiapkan-anak-keturunan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar